Gangguan Kesehatan Mental

Billie Eilish - Bury A Friends
Mind Matters

Kesehatan mental adalah aspek yang sangat penting dalam kesejahteraan individu, namun sering kali gangguan mental sulit dikenali karena gejalanya tidak selalu tampak jelas. Banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan mental merasa kesulitan untuk mencari bantuan karena stigma atau ketidaktahuan tentang kondisi yang mereka alami. Gangguan ini bisa berupa kecemasan, depresi, atau gangguan suasana hati yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku, serta dapat berdampak besar pada kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami tanda-tanda gangguan kesehatan mental dan memberikan perhatian yang tepat agar penderita dapat mendapatkan dukungan yang diperlukan.

Gangguan Kesehatan Mental secara Umum

Gangguan kesehatan mental merujuk pada berbagai kondisi yang memengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku seseorang, yang dapat mengganggu kemampuannya untuk menjalani aktivitas sehari-hari, menjalin hubungan sosial, atau mencapai tujuan hidup. Penyebab gangguan ini sangat beragam, mulai dari faktor genetik, pengalaman traumatis, hingga tekanan hidup yang berat atau ketidakseimbangan kimiawi dalam otak. Dampaknya bisa sangat luas, mempengaruhi cara seseorang berpikir dan merasakan, serta menghalangi mereka untuk berfungsi secara optimal dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

Gangguan kesehatan mental merujuk pada berbagai kondisi yang memengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku seseorang, yang dapat mengganggu kemampuannya untuk menjalani aktivitas sehari-hari, menjalin hubungan sosial, atau mencapai tujuan hidup. Penyebab gangguan ini sangat beragam, mulai dari faktor genetik, pengalaman traumatis, hingga tekanan hidup yang berat atau ketidakseimbangan kimiawi dalam otak. Dampaknya bisa sangat luas, mempengaruhi cara seseorang berpikir dan merasakan, serta menghalangi mereka untuk berfungsi secara optimal dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Gangguan kesehatan mental dapat mempengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang, dan sering kali berkembang perlahan-lahan, membuat penderitanya kesulitan untuk mengenali dan menghadapinya. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan mental dan mencari dukungan profesional sejak dini, guna mencegah dampak yang lebih parah di kemudian hari.

Jenis Gangguan Mental Secara Umum

Beberapa jenis gangguan kesehatan mental yang umum ditemukan meliputi berbagai kondisi yang dapat mempengaruhi pikiran, emosi, serta perilaku seseorang, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan individu secara keseluruhan. Gangguan-gangguan ini dapat muncul dengan berbagai gejala dan tingkat keparahan, serta memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Faktor penyebabnya sangat bervariasi, mulai dari faktor biologis, genetik, psikologis, hingga lingkungan sosial dan pengalaman hidup. Gangguan-gangguan kesehatan mental ini bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara perlahan, dan penting untuk mengenali gejalanya sejak dini agar dapat mendapatkan penanganan yang tepat. Jenis-jenis gangguan ini dapat memengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia atau latar belakang, dan dapat mengarah pada kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan baik. Meliputi:

  1. Depresi: Depresi adalah gangguan suasana hati yang serius, yang tidak hanya memengaruhi perasaan, tetapi juga kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Penderita depresi sering merasa terperangkap dalam perasaan sedih yang mendalam dan rasa putus asa yang berkepanjangan. Mereka mungkin merasa kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati, bahkan hal-hal yang biasanya memberi mereka kebahagiaan atau kepuasan. Depresi bukanlah sekadar perasaan sedih atau kecewa sesaat, melainkan suatu kondisi medis yang memerlukan perhatian dan perawatan. Gejalanya dapat sangat mengganggu dan mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan seseorang, dari hubungan interpersonal hingga kemampuan untuk bekerja atau belajar. Beberapa gejala utama yang sering muncul dalam depresi meliputi:
    • Penurunan energi atau kelelahan: Salah satu gejala utama dari depresi adalah penurunan energi yang sangat signifikan. Penderita sering merasa kelelahan meskipun sudah tidur cukup lama. Keletihan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional, sehingga membuat seseorang merasa tidak berdaya dan kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas yang biasanya mereka nikmati. Bahkan, kegiatan yang sederhana seperti mandi atau makan bisa terasa sangat melelahkan dan membutuhkan usaha yang besar. Kelelahan yang berlarut-larut ini dapat membuat penderita merasa terperangkap dalam kondisi yang tidak pernah berubah, menambah perasaan putus asa.
    • Kesulitan berkonsentrasi atau mengambil keputusan: Depresi juga dapat memengaruhi fungsi kognitif seseorang, seperti kemampuan untuk berkonsentrasi, berpikir jernih, atau mengambil keputusan. Penderita depresi sering merasa bingung, kesulitan dalam membuat keputusan sehari-hari, atau merasa otaknya "terhenti". Ini dapat berdampak besar dalam kehidupan profesional atau personal mereka, karena kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau memenuhi tanggung jawab bisa terganggu. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik atau merasa tidak mampu untuk menghadapi tantangan yang ada.
    • Perubahan pola tidur atau nafsu makan: Perubahan signifikan dalam pola tidur atau nafsu makan adalah gejala lain yang sering ditemukan pada penderita depresi. Beberapa orang dengan depresi mengalami insomnia, yaitu kesulitan tidur atau sering terbangun di malam hari, sementara yang lain malah tidur berlebihan atau merasa kelelahan sepanjang waktu. Selain itu, depresi juga dapat menyebabkan perubahan pola makan, di mana beberapa orang kehilangan nafsu makan dan menjadi sangat kurus, sementara yang lain makan berlebihan sebagai bentuk penghiburan, yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Perubahan pola tidur dan makan ini dapat memperburuk kondisi fisik dan emosional seseorang, memperburuk perasaan cemas atau tertekan.
    • Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri: Dalam beberapa kasus yang lebih parah, depresi dapat menyebabkan penderita merasa sangat tertekan dan putus asa hingga timbulnya pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Perasaan bahwa hidup tidak lagi layak dijalani atau bahwa tidak ada harapan untuk masa depan sering kali muncul pada penderita depresi berat. Pikiran seperti ini sangat serius dan harus ditanggapi dengan segera. Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda ingin menyakiti diri atau bunuh diri, penting untuk mencari bantuan medis segera untuk memberikan perawatan dan dukungan yang diperlukan.

    Gejala-gejala depresi ini dapat muncul secara bertahap dan bisa berlangsung lama, yang mengakibatkan penderita merasa semakin terisolasi dan tertekan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali tanda-tanda depresi dan mencari bantuan profesional sesegera mungkin. Dengan penanganan yang tepat, seperti terapi atau pengobatan, banyak penderita depresi dapat pulih dan kembali menjalani kehidupan mereka dengan lebih baik.

  2. Kecemasan: Gangguan kecemasan adalah kondisi yang melibatkan perasaan khawatir atau takut yang berlebihan, sering kali tanpa alasan yang jelas atau rasional. Penderita gangguan kecemasan sering merasa cemas secara berlebihan dalam situasi yang seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup mereka. Jenis-jenis gangguan kecemasan meliputi gangguan panik, fobia, dan gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder, GAD). Setiap jenis gangguan ini memiliki ciri khasnya masing-masing, namun gejalanya sering kali tumpang tindih dan memengaruhi baik tubuh maupun pikiran. Gejalanya mencakup:
    • Jantung berdebar-debar: Salah satu gejala fisik yang paling umum adalah detak jantung yang cepat atau tidak teratur. Penderita gangguan kecemasan sering merasa seperti jantung mereka berdetak lebih kencang atau lebih cepat dari biasanya, yang bisa menimbulkan rasa cemas dan ketakutan lebih lanjut, meskipun tidak ada alasan medis yang jelas untuk itu.
    • Keringat berlebihan atau gemetar: Keringat berlebihan, terutama di telapak tangan, kaki, atau wajah, adalah gejala fisik lain yang sering terjadi pada penderita gangguan kecemasan. Gemetar atau tremor juga dapat muncul sebagai respons tubuh terhadap rasa cemas yang intens, menyebabkan rasa tidak nyaman yang terus-menerus dan sulit untuk dikendalikan.
    • Kesulitan tidur: Penderita gangguan kecemasan sering mengalami gangguan tidur, seperti kesulitan untuk tertidur, terbangun di tengah malam, atau tidur yang tidak nyenyak. Pikiran yang terus-menerus cemas atau perasaan terjaga akibat ketegangan mental dapat menghambat tidur yang cukup, sehingga menyebabkan kelelahan fisik dan emosional yang berkepanjangan.
    • Rasa tegang yang terus-menerus: Penderita gangguan kecemasan sering merasakan ketegangan fisik atau mental yang tidak pernah hilang. Otot-otot mereka bisa terasa kaku atau tegang, dan mereka mungkin merasa terus-menerus terjaga atau waspada terhadap potensi ancaman, meskipun tidak ada ancaman nyata yang perlu dikhawatirkan. Ketegangan ini bisa berlangsung lama dan mengarah pada kelelahan atau ketidaknyamanan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

    Gejala-gejala ini dapat saling mempengaruhi dan membuat penderita merasa semakin cemas, yang memperburuk keadaan. Penting untuk mengenali tanda-tanda gangguan kecemasan agar dapat mendapatkan bantuan yang diperlukan untuk mengelola dan mengurangi gejalanya.

  3. Gangguan Bipolar: Gangguan bipolar ditandai oleh perubahan suasana hati yang ekstrem, mulai dari fase mania (kebahagiaan berlebihan, energi tinggi) hingga fase depresi (kesedihan mendalam, kehilangan energi). Perubahan suasana hati ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti hubungan sosial, pekerjaan, dan kesejahteraan fisik. Selama fase mania, individu mungkin merasa sangat berenergi dan penuh semangat, sementara pada fase depresi, mereka merasa sangat sedih dan lelah. Gejala pada setiap fase meliputi:
    • Mania: Pada fase mania, individu dengan gangguan bipolar sering merasa sangat percaya diri dan memiliki energi yang luar biasa tinggi. Mereka mungkin merasa bahwa mereka mampu melakukan apa saja dan cenderung memiliki pandangan yang sangat positif tentang diri mereka, meskipun terkadang ini tidak realistis. Perasaan percaya diri ini dapat membuat mereka berbicara lebih cepat dari biasanya, kadang-kadang sampai sulit dipahami, dan mereka mungkin memiliki banyak ide atau rencana yang datang secara bersamaan. Selain itu, mereka sering kali terlibat dalam perilaku berisiko, seperti pengeluaran uang yang berlebihan, membuat keputusan impulsif, atau terlibat dalam hubungan yang tidak sehat, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Keinginan untuk melakukan banyak hal sekaligus bisa mengarah pada kegagalan untuk menyelesaikan tugas atau proyek yang dimulai.
    • Depresi: Pada fase depresi, individu dengan gangguan bipolar sering merasa sangat tertekan dan tidak berharga. Mereka mungkin merasa seperti tidak ada harapan untuk masa depan dan kesulitan untuk melihat sisi positif dalam kehidupan mereka. Kehilangan motivasi adalah gejala umum, di mana mereka merasa tidak memiliki energi atau keinginan untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya mereka nikmati. Hal ini dapat mencakup hal-hal sederhana seperti tidak ingin bangun dari tempat tidur, mengabaikan rutinitas pribadi, atau merasa terjebak dalam perasaan sedih dan putus asa. Selain itu, mereka mungkin menarik diri dari interaksi sosial, merasa kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain, dan menghindari pertemuan sosial atau keluarga. Perasaan isolasi dan kesendirian dapat semakin memperburuk kondisi mereka, menyebabkan penderita merasa semakin terasing dan tidak mampu menjalani kehidupan normal.
  4. Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD): Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan kesehatan mental yang dapat terjadi setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis, seperti kecelakaan, kekerasan, bencana alam, atau pertempuran perang. Peristiwa-peristiwa tersebut meninggalkan dampak emosional yang mendalam, yang dapat bertahan lama setelah kejadian tersebut berakhir. PTSD memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan bereaksi terhadap dunia di sekitar mereka, serta dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka secara signifikan. Gejalanya sering kali mencakup kilas balik, di mana individu merasa seolah-olah kembali mengalami peristiwa traumatis tersebut, lengkap dengan perasaan dan reaksi fisik yang menyertainya. Mimpi buruk yang terkait dengan peristiwa traumatis juga sangat umum, menyebabkan gangguan tidur yang mengarah pada kelelahan emosional dan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD sering mengalami reaksi emosional yang intens terhadap hal-hal yang mengingatkan mereka pada trauma, seperti suara tertentu, tempat, atau gambar. Reaksi ini bisa berupa kecemasan yang luar biasa, rasa takut, atau bahkan kemarahan yang tidak terkendali. Penderita PTSD juga cenderung menghindari situasi atau tempat yang mengingatkan mereka pada trauma, serta merasa terputus dari orang lain, yang menyebabkan perasaan terisolasi dan kesulitan dalam menjalani kehidupan sosial atau profesional. Gejala-gejala ini dapat berlangsung lama dan, jika tidak diobati, dapat memperburuk kondisi mental dan fisik mereka.
  5. Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD): Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental yang ditandai dengan pikiran obsesif yang berulang dan tidak diinginkan, serta perilaku kompulsif yang dilakukan untuk meredakan kecemasan atau ketegangan yang ditimbulkan oleh pikiran-pikiran tersebut. Penderita OCD sering kali merasa terjebak dalam siklus pikiran yang mengganggu dan merasa bahwa mereka harus melakukan tindakan tertentu secara berulang untuk menghindari kecemasan atau potensi bahaya yang mereka anggap ada, meskipun biasanya mereka sadar bahwa perilaku tersebut tidak rasional. Contoh yang umum dari perilaku kompulsif adalah mencuci tangan secara berlebihan karena rasa takut akan kuman atau kontaminasi, meskipun individu tersebut mungkin sudah tahu bahwa mereka tidak terpapar bahaya. Selain itu, beberapa orang dengan OCD merasa perlu mengatur barang-barang mereka dalam pola tertentu, seperti menyusun objek secara simetris atau dalam urutan yang sangat spesifik, untuk merasa tenang dan mencegah perasaan cemas yang muncul jika mereka tidak melakukannya. Tindakan kompulsif ini sering kali dilakukan berulang kali, memakan waktu lama, dan mengganggu kehidupan sehari-hari penderita, menyebabkan mereka merasa terjebak dalam rutinitas yang tidak dapat dikendalikan. Perasaan cemas yang intens dan rasa tidak puas dengan hasil dari perilaku kompulsif ini bisa membuat penderita semakin terisolasi dan tertekan.
  6. Gangguan Makan: Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan berlebihan, adalah kondisi yang melibatkan pola makan yang tidak normal dan sering kali dikaitkan dengan masalah citra tubuh yang negatif. Penderita gangguan makan ini biasanya memiliki persepsi yang distorsi terhadap tubuh mereka, sering merasa tidak puas dengan penampilan fisik mereka meskipun mungkin sudah berada dalam kondisi tubuh yang sehat. Anoreksia nervosa ditandai dengan pembatasan asupan makanan yang ekstrem dan rasa takut berlebihan akan kenaikan berat badan, sering kali diikuti dengan usaha keras untuk mengontrol berat badan melalui diet yang ketat atau olahraga berlebihan. Bulimia nervosa melibatkan episode makan berlebihan diikuti dengan perilaku kompulsif untuk menghindari kenaikan berat badan, seperti memuntahkan makanan atau penggunaan obat pencahar. Gangguan makan berlebihan (binge eating disorder) juga melibatkan episode makan berlebihan, tetapi tanpa upaya untuk mengeluarkan makanan setelahnya, yang sering menyebabkan rasa malu, bersalah, atau stres emosional yang mendalam. Ketiga gangguan ini dapat merusak kesehatan fisik dan emosional seseorang, mempengaruhi keseimbangan nutrisi tubuh, serta mengganggu hubungan sosial dan kualitas hidup mereka. Citra tubuh yang negatif dan ketidakpuasan dengan penampilan sering menjadi faktor pemicu, memperburuk kecemasan dan perasaan tidak berharga yang dialami oleh penderita gangguan makan.

Pentingnya Mewaspadai Tanda-Tanda Awal

Mengidentifikasi gangguan kesehatan mental sejak dini sangat penting untuk mencegah kondisi semakin memburuk dan memastikan individu mendapatkan dukungan yang tepat. Ketika gangguan kesehatan mental tidak ditangani, gejalanya dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius, yang dapat mengganggu fungsi sosial, akademik, atau profesional seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda awal gangguan kesehatan mental, yang dapat bervariasi antara individu, namun seringkali mencakup perubahan signifikan dalam perilaku atau suasana hati, seperti perasaan cemas yang berlebihan, penurunan energi, atau perasaan terputus dari kenyataan. Selain itu, perubahan pola tidur, penurunan minat pada aktivitas yang biasanya menyenangkan, serta kesulitan dalam berkonsentrasi atau membuat keputusan juga bisa menjadi indikasi adanya gangguan kesehatan mental. Tanda-tanda lainnya mungkin mencakup penarikan diri dari interaksi sosial, peningkatan konflik dengan orang lain, atau perasaan putus asa dan tidak berdaya. Penting untuk mengamati perubahan ini pada diri sendiri atau orang terdekat, karena deteksi dini dapat membuka jalan untuk perawatan yang lebih efektif. Gejala-gejala ini meliputi:

  • Perubahan drastis dalam suasana hati atau perilaku: Salah satu tanda awal gangguan kesehatan mental adalah perubahan yang tiba-tiba dan signifikan dalam suasana hati atau perilaku seseorang. Individu mungkin menunjukkan perasaan euforia yang berlebihan atau perasaan sangat tertekan yang berlangsung lama tanpa alasan yang jelas. Perubahan ini bisa mencakup peningkatan kemarahan, kecemasan, atau kebahagiaan yang tidak terkontrol. Perubahan perilaku bisa termasuk bertindak lebih impulsif, tidak memedulikan tanggung jawab, atau melakukan perilaku berisiko yang tidak biasa. Perubahan suasana hati ini sering kali terjadi secara tiba-tiba dan dapat mempengaruhi interaksi sosial dan kualitas hidup secara keseluruhan.
  • Penarikan diri dari aktivitas sosial atau keluarga: Penurunan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disukai, seperti hobi, pekerjaan, atau kegiatan sosial, bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan mental. Individu mungkin mulai menarik diri dari keluarga dan teman-teman, menghindari pertemuan sosial, atau merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain. Rasa tidak terhubung dengan orang lain ini bisa muncul karena perasaan cemas, depresi, atau ketidakmampuan untuk berempati atau menikmati waktu bersama orang lain. Penarikan diri ini dapat memperburuk isolasi sosial, yang pada gilirannya memperburuk kondisi mental seseorang.
  • Kesulitan tidur atau pola makan yang tidak teratur: Gangguan kesehatan mental sering kali memengaruhi pola tidur dan makan seseorang. Individu yang mengalami kecemasan atau depresi mungkin kesulitan untuk tidur, terbangun di tengah malam, atau merasa terlalu lelah untuk bangun di pagi hari. Sebaliknya, beberapa orang mungkin mengalami gangguan pola makan, seperti makan berlebihan atau tidak makan sama sekali, sebagai respons terhadap stres atau ketegangan emosional. Perubahan signifikan dalam pola tidur atau makan dapat menyebabkan kelelahan fisik, penurunan energi, dan masalah kesehatan fisik lebih lanjut.
  • Perasaan putus asa atau tidak ada harapan: Perasaan putus asa atau merasa tidak ada harapan adalah salah satu gejala utama dari gangguan kesehatan mental seperti depresi. Seseorang yang merasa terjebak dalam situasi yang tampaknya tidak ada jalan keluarnya mungkin merasa bahwa masa depan mereka suram dan tidak ada perubahan positif yang akan terjadi. Perasaan ini dapat menyebabkan penurunan motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan dapat memperburuk perasaan kesepian dan terisolasi. Individu yang merasa tidak ada harapan mungkin juga merasa tidak berdaya untuk mengubah keadaan mereka, yang memperburuk risiko gangguan mental lebih lanjut.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda tersebut, sangat penting untuk segera mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Mengabaikan gejala-gejala ini atau mencoba menghadapinya sendiri bisa memperburuk kondisi yang ada. Seorang profesional kesehatan mental, seperti psikolog, psikiater, atau konselor, dapat memberikan penilaian yang tepat dan membantu menentukan langkah-langkah pengobatan yang sesuai. Terapi, konseling, dan, dalam beberapa kasus, pengobatan, dapat membantu mengelola gejala dan mendukung pemulihan. Mendapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok pendukung juga sangat penting untuk proses penyembuhan. Jangan merasa ragu untuk mencari bantuan, langkah pertama menuju pemulihan adalah mengenali kebutuhan akan dukungan dan mencari bantuan dari sumber yang tepat.

FAQ (Frequently Asked Questions)

Kenapa penting untuk menjaga kesehatan mental di usia muda?

Kesehatan mental sering kali diabaikan, terutama di usia muda. Namun, menjaga kesehatan mental sejak dini sangat penting karena stres, tekanan sosial, dan tuntutan di sekolah atau perkuliahan dapat memengaruhi kesejahteraan kita dalam jangka panjang. Jika kita tidak memperhatikan kesehatan mental, hal itu bisa berlanjut menjadi masalah yang lebih besar di masa depan, bahkan memengaruhi hubungan dan karier kita. Merawat mental saat ini membantu kita hidup lebih bahagia dan seimbang.

Apa saja tanda-tanda gangguan mental yang perlu saya waspadai?

Perubahan suasana hati yang tiba-tiba, merasa terisolasi atau menarik diri dari teman-teman, dan kesulitan tidur atau makan bisa menjadi tanda awal gangguan mental. Jika kamu merasa cemas berlebihan atau kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai, itu juga bisa menjadi tanda. Jangan tunggu sampai terlambat untuk mencari bantuan!

Apa perbedaan antara merasa cemas biasa dan gangguan kecemasan?

Cemas itu wajar, seperti ketika ada ujian atau sebelum presentasi. Namun, gangguan kecemasan adalah rasa khawatir yang berlebihan, bahkan tanpa alasan jelas, yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Misalnya, jantung berdebar, gemetar, atau takut berlebihan dalam situasi yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan. Jika kamu merasa ini sering terjadi, coba cari bantuan profesional.

Bagaimana cara menangani stres dari media sosial yang sering bikin cemas?

Media sosial bisa menjadi sumber kecemasan, terutama dengan standar kecantikan atau kesuksesan yang sering muncul. Cobalah untuk menetapkan batas waktu layar dan hindari perbandingan berlebihan dengan orang lain. Fokus pada diri sendiri, dan jangan ragu untuk berbicara dengan teman atau seorang profesional jika perasaan cemas semakin mengganggu.

Apa yang harus saya lakukan jika merasa depresi atau punya pikiran untuk menyakiti diri sendiri?

Jangan ragu untuk mencari bantuan! Depresi itu nyata dan bisa dialami siapa saja, bahkan jika kamu merasa itu hanya “perasaan sementara.” Cobalah berbicara dengan seseorang yang kamu percayai atau hubungi seorang profesional kesehatan mental. Bantuan dari keluarga, teman, atau seorang konselor bisa sangat membantu dalam mengatasi perasaan tersebut. Ingat, kamu tidak sendirian!